Gerilyawan memperkosa sedikit-dikitnya 150 perempuan pada bulan Juli saat menyerang beberapa desa di bagian timur Republik Demokratik Kongo (DRC).
Jurubicara PBB Martin Nesirky pada suatu taklimat di Markas PBB, New York, Senin mengatakan para pejabat PBB menuduh Pasukan Demokratik bagi Pembebasan Rwanda (FDLT) sebagai pelaku serangan itu.
FDLR adalah kelompok pemberontak suku Hutu telah meneror perbukitan di bagian timur DRC selama bertahun-tahun, menjadi warga desa sebagai sasaran dalam pertikaian memperebutkan sumber daya alam di bawah mereka.
Di Provinsi Nord Kivu di bagian timur DRC, satu tim gabungan hak asasi manusia PBB mengabsahkan tuduhan mengenai sedikitnya 154 perempuan diperkosa, kata Nesirky.
"Semua korban mendapat perawatan medis dan juga telah diberikan perawatan psikologi dan sosiologi," tambahnya.
Anggota militan FDLR menghalangi jalan dan mencegah warga desa mencapai titik komunikasi paling dekat.
Perkosaan di bagian timur Kongo telah berlangsung luas selama bertahun-tahun, tapi pekerja bantuan menyebut peristiwa baru-baru ini sebagai tak biasa akibat banyaknya korban dan koordinasi nyata.
Pada awal 2009, PBB, DRC dan Rwanda memulai operasi militer terhadap FDLR, tapi aksi militan malah meningkatkan jumlah perkosaan yang dilaporkan para pekerja bantuan. Antara